Sabtu, 04 April 2015

Untukmu, 4 Novemberku

      Jiwaku seolah remuk, hatiku bagaikan mati rasa, bahkan air mata yang terus keluar seolah tak berasa. Semua begitu kacau, bagaikan kapal oleng tak bernakhoda. Begitulah kira-kira yang aku alami saat itu. Ketika tau, orang yang selama ini ku cintai dengan seluruh hidupku, pergi begitu saja meninggalkanku demi Wanita Lain.
Hati siapa yang tidak terluka? terlebih dia pergi dengan meninggalkan segala kepedihan di hati ini.

       Hampir 3 tahun kami menjalin cinta. Hubungan kami memang tidak semulus kebanyakan orang. Begitu banyak perjuangan yang kami lakukan demi menjaga kisah ini, Sering kali kami saling mengecewakan satu sama lain. Namun, cinta itu tetap menyatukan kisah cinta kami.
Hingga akhirnya, kehancuran pun mulai menggentayangi indahnya kisah kami. "Dia mulai berubah". Sikapnya padaku mulai menunjukan bahwa rasa cinta itu mulai memudar di hatinya.  Nyata cintanya pun sudah terasa hambar. Perhatian dan kasih sayangnya yang dulu selalu ia limpahkan padaku, kini mulai menghilang. Entah apa yang terjadi padanya saat itu. Namun meski begitu, aku tetap berusaha dengan seluruh jiwaku untuk mempertahankan rasa cinta ini untuknya. Aku tetap berusaha membahagiakan dia. Meski mungkin, semua yang ku lakukan tak berarti lagi untuknya.
Aku berusaha untuk memperbaiki diriku setiap harinya. Berusaha untuk memperbaiki sikapku padanya, agar dia bisa tetap menyayangiku seperti biasa. Pikiran-pikiran buruk itupun mulai memenuhi otakku.
"mungkin kah ada yang lain dihatinya, hingga dia menjadi seperti ini padaku?"
"Siapa orang itu?"
"Kemana dia? apa dia sedang bersama wanita lain?"
mungkinkah dia mengkhianati cintaku?"
Ingin sekali bertanya padanya, "Hey ada apa denganmu? kenapa kau seolah menjauhiku? aku ini kekasihmu... " Namun apa daya? jangankan untuk bertanya, untuk menyapa kekasihku saja aku takut.
Ingin rasanya menceritakan semua isi hatiku dihadapannya, Namun lagi-lagi nyaliku tak sanggup.


     Terkadang aku tak habis pikir, kenapa aku harus takut bercerita pada kekasihku sendiri? dia adalah kekasihku, kenapa aku seolah mengemis cinta padanya. Padahal sebelumnya, cinta kami begitu kuat. Cinta kami begitu indah, Saking indahnya mungkin membuat bidadari surgapun iri.
Tidak ada dusta diantara kami. Semua masalah selalu kami selesaikan dengan baik. Dia menyayangiku bagaikan seorang suami yang begitu menyayangi istrinya. Begitupun diriku, aku menuruti segala perintahnya, bagaikan seorang istri yang patuh pada suaminya. Setiap hari kami bertemu, tidak membuat kami merasa bosan, justru membuat kami semakin saling mencintai.
Kami melakukan banyak hal bersama. Bahkan orang tua kami masing-masing sudah menganggap kami adalah bagian dari keluarga. Aku sudah diterima dalam keluarga besarnya, begitu juga dia di dalam keluargaku. Semua saudaranya sudah seperti sahabat bagiku, Ayah dan ibunya sudah bagaikan orang tua sendiri. Begitupun dia di dalam keluargaku. Kami menjalani kisah ini dengan penuh suka cita. Begitu banyak penderitaan dan kebahagiaan yang telah kami lalui.
Sumpah setiapun sudah ribuan kali kami ucapkan, Hingga kami membuat perjanjian tak terlanggar yang hanya kami dan Tuhan yang tau. Kami serahkan seluruh hidup kami untuk kisah cinta ini.
     Hingga akhirnya kami harus dipisahkan oleh jarak. "Long Distance Relationship" itulah status kami saat itu. Meski begitu, kami selalu menyempatkan diri untuk bertemu setiap minggunya. Dan menghabiskan waktu bersama seharian untuk melepaskan segala rindu. Enam bulan sudah kami bertahan dengan status Long Distance. Tadinya semua baik-baik saja. Dan masalah pun mulai bermunculan. Komunikasi diantara kami mulai berkurang. Terlebih dia mulai sibuk dengan tugas-tugas ujian akhirnya.
   
     Aku tetap sabar menunggunya. Menunggu semua menjadi seperti sediakala.
Aku mulai membebaskan aktivitasnya. membebaskan dia untuk bergaul dengan teman-temannya.
Karena aku tidak mau nantinya dia merasa terkekang. Ku turuti semua permintaanya, semuanya..
karena hanya itu yang bisa kuberikan, sebagai bukti ketulusan cintaku padanya.
Ku tabahkan hatiku dengan semua perubahan sikapnya saat itu. Aku terus berusaha menyemangati hidupnya, agar dia bisa lebih bersemangat. Setiap kali dia mengajak untuk bertemu, aku selalu datang untuknya. Tak peduli itu pagi atau malam, panas atau hujan, aku tetap datang untuk menemuinya.


     Namun apa dayaku, aku hanyalah wanita biasa. Aku tidak tahan menahan kepedihanku sendiri. Akhirnya akupun memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatiku padanya. Belum sempat ku utarakan semua keluh kesahku, diapun sudah menimpaliku dengan kalimat yang langsung menusuk jiwaku. Dia mengatakan, bahwa dia lelah dengan semua kisah ini. Karena semakin hari, semakin membuatnya merasa terbebani. Dia memintaku untuk tidak mengganggunya selama 2 bulan ini. Karena dia ingin benar-benar fokus pada ujian akhirnya. Hatiku semakin hancur saat itu. Niatku yang tadinya ingin memperbaiki segalanya, justru ia acuhkan begitu saja. Aku bisa apa? ini semua demi masa depannya. Meski harus merobek hatiku untuk kesekian kalinya, aku harus siap menerimanya. Awalnya dia berjanji padaku, untuk tetap menjaga hatinya untukku. Dia berjanji bahwa kelak, kami akan bersama lagi seperti dulu. Ku turuti semua keinginannya. Dan mulai malam itu, kami benar-benar putus komunikasi. Aku masih percaya padanya, dan masih setia menunggunya.


     Hingga akhirnya setelah genap sebulan kami putus, aku baru tau kalau sebenarnya dia sudah memiliki wanita baru.
Seketika dadaku terasa sesak saat mengetahuinya. Badanku lemas tak berdaya dengan mataku yang semakin membesar karena membendung jutaan air mata. Aku langsung terdiam. Tak sepatah katapun bisa ku ucapkan. Ku kuatkan ragaku untuk bisa berjalan pulang kerumah. Sesampainya di rumah, langsung ku cari tau tentang wanita barunya. Orang yang telah menghancurkan segala perjuanganku untuknya. Wanita yang kini menempati tempatku di hatinya. Perlahan aku berusaha mencari informasi tentang seperti apa wanita itu. Dan akhirnya, ku dapatkan semua informasi tentangnya.
"Jadi dia wanita barumu ?"
"Dia kah wanita yang telah merusak kebahagiaanku?"
"Kenapa dia bisa sejahat itu pada wanita lain?"
"Apa dia wanita bak-baik? Tidak! wanita baik-baik tidak akan mungkin tega merebut kebahagiaan wanita lain!"
"Kenapaa??? apa kurangku jika dibandingkan dengannya???"
"Apa semua ketulusanku selama ini, tidak sebanding dengan ketulusannya?"
"APA SALAHKU? APA KURANGKU? APA KETIKA BERSAMAKU, TIDAK SEBAHAGIA KETIKA BERSAMANYA? KENAPA KAU TEGA???"

     Semua terasa bercampur aduk. Sedih, kesal, kecewa, hancur, semua menjadi satu. Kenapa dia sampai hati melukaiku hingga segini dalamnya. Kenapa dia sampai hati menghancurkanku, orang yang dulu berjuang bersamanya.
Tidak ada yang bisa ku lakukan selain menangis. Ingin rasanya berbagi semua kepedihanku pada semua teman, Namun aku tak sanggup untuk menceritakannya.
Akhirnya ku bulatkan tekadku untuk mengirimkan sebuah surat tentang perasaanku padanya. Tidak peduli dia akan menerima dan membacanya atau tidak, aku tetap terus menuliskan kata demi kata pada lembaran kertas.


Untukmu, mantan kekasihku...

Apa kabar mu hari ini? :)
Semoga kau baik-baik saja, dan sepertinya kau jauh lebih bahagia saat ini .

     Maaf sebelumnya jika kedatangan suratku mengganggu, sungguh aku tidak bermaksud untuk mengganggu kehidupan barumu saat ini.
Aku hanya ingin menceritakan perasaanku saat ini. Tidak apa-apa kan? :)
Aku tidak memintamu untuk membalasnya, tidak sama sekali. Kau mau membacanya pun sudah cukup bagiku.

     Sebelumnya aku ingin meminta maaf tulus dari dalam hatiku, jika selama bersamaku, aku telah banyak melukaimu, Entah kata-kataku atau sikapku yang membuatmu pernah terluka, ku mohon maafkan aku. Sungguh andaikan bisa, ingin sekali aku meminta maaf secara langsung padamu, Namun aku tau, bahwa kau tidak ingin lagi melihatku. Entah ada apa denganmu saat ini, kau seolah begitu membenciku. Tapi tidak apa  itu adalah hakmu. :)
Aku sudah tau bahwa sekarang kau sudah memiliki penggantiku. Aku sudah tau siapa dia, dan seperti apa dia. Aku tidak akan menyalahkanmu atau marah padamu. Karena ini semua adalah hidupmu, aku tak berhak ikut campur. Namun aku hanya ingin bertanya, Kenapa kau sampai hati melukai ku seperti ini? :)

     Jujur, aku terluka. Jiwaku terasa hancur saat tau semuanya. Bukankah kau sudah berjanji tidak akan perah mengkhianati cintaku, tapi mengapa justru sekarang kau melakukannya? :")
Ingatkah kau, bahwa dulu kau pernah melakukan ini semua padaku, Kau tinggalkan aku demi wanita yang baru kau kenal. Lalu kemudian kau datang lagi dengan membawa segala penyesalan atas apa yang kau lakukan padaku. Apa aku menolak kedatanganmu? tidak kan
Aku kembali menerima kedatanganmu, meski luka di hatiku belum sembuh. Aku masih mencintaimu seperti biasanya, bahkan semakin ku berikan segalanya untukmu.
Masih ingatkah dengan semua janji yang telah kita buat? kenapa kau justru mengingkarinya? :')
Apa kau masih ingat, dulu kita pernah berjuang bersama demi cinta kita, bahkan kita pertaruhkan segalanya demi tetap bersama, namun kenapa justru kau hancurkan lagi segalanya? :')
Masih ingatkah kau dengan segala perjuanganku untukmu? aku menyerahkan seluruh hidupku untukmu, untuk kebahgiaanmu, tapi kenapa sekarang kau acuhkan semua? dengan mudahnya kau lupakan aku? :' Apa cintaku selama ini tidak membuatmu bahagia? hingga kau memilih meninggalkanku demi wanta lain. :")
Kau meninggalkanku dengan alasan ingin fokus pada ujian akhirmu, bahkan kau berjanji untuk selalu menjaga cintamu untukku, tapi kenapa kau khianati semua perkataanmu? :')
Kenapa? :' ada apa denganmu cinta??? :')
Kenapa kau tega melakukan semua ini padaku? :")

Cinta ...

     Ketika masih bersamaku, apa pernah aku menuntutmu untuk menjadi seperti yang aku inginkan? tidak kan? aku tetap mencintaimu, apa adanya darimu.

     Ketika masih denganku, apa pernah aku menuntutmu untuk menuruti semua permintaanku? dan memberikanku barang-barang-barang seperti yang wanita lain pinta? tidak kan? aku hanya memintamu untuk tetap menjadi kekasihku, dan selalu mencintaiku.  

     Ketika masih denganku, apa pernah aku meninggalkanmu demi pria lain? pernahkah aku mengkhianati kisah kita? tidak kan? justru sebaliknya, kau yang berkali-kali mencoba mengkhianati kisah kita. lalu, ketika kau kembali, apa aku menolakmu? apa aku membuatmu merasakan yang pernah ku rasakan? tidak kan? aku justru memaafkanmu, menerimamu kembali dengan segala luka yang telah kau goreskan dihatiku.

     Apa pernah aku menolak permintaanmu? apa pernah aku tidak patuhi perkataanmu? tidak kan? aku memberikan segalanya hanya untuk kebahagiaanmu. Meski harus berdosa, tetap ku lakukan demi membahagiakanmu.
   
      Apa pernah aku melarangmu, bergaul dengan teman-temanmu? tidak kan? justru kau yang melarangku bersosialisasi dengan teman-teman lamaku.

     Ketika kau menyuruhku untuk datang menemuimu, apa pernah aku menolaknya? tidak kan? meski malam ataupun siang, panas ataupun hujan, aku tetap datang kerumahmu dan menemanimu seharian penuh, meski besoknya aku haru kembali ke tempatku.
   Apa aku pernah mengeluh kelelahan?  tidak kan? apa itu semua belum cukup untuk membuktikan betapa tulusnya cintaku padamu? :')

     Apa kurangku untuk sebagai seorang kekasih? masih kurang kah semua yang ku lakukan untukmu? aku mencintaimu setulus-tulusnya. Aku mencintaimu tidak melihat apa yang ada pada dirimu. Aku mencintaimu dengan seluruh kelebihan dan kekuranganmu. Apa itu masih belum cukup? hingga kau meninggalkanku demi wanita itu?

Apa yang dia bisa, tapi aku tidak bisa?
Kurang cantikkah aku, jika dibandingkan dia?
Apa rambutku tidak sewangi dan sehalus rambutnya?
Apa tubuhku tidak seharum tubuhnya?
Apa kulitku tidak seindah dan sehalus kulitnya?
Apa suaraku tidak seindah suaranya?
Apa ketika denganku tidak senyaman ketika bersamanya?
Kurangkah perhatianku selama ini, dibandingkan dengan perhatiaanya? 
Masih kurangkah cintaku selama ini, dibandingkan dengan cintanya?

Tidak bisa kah kau buka mata hatimu, lihat siapa yang benar-benar tulus mencintaimu?

Maafkan segala perkataanku. Aku hanya sangat sedih dengan sikapmu padaku saat ini.
Kau seolah begitu membenciku, atas segala kesalahan yang akupun tidak tau apa salahku padamu.
Kenapa kau sekarang justru menjauhiku? seolah-olah aku adalah orang yang tidak pantas untuk kau dekati
Kenapa??

Tidak bisakah kau putar lagi ingatan bahagia ketika bersamaku?
Tidak bisakah kau rasakan lagi, sebahagia apa kita dulu?
Apa aku sudah benar-benar tidak ada dihatimu? Apa kau benar-benar sudah melupakan segala kenangan cinta kita?
Secepat itukah cinta? :'''(

Untukmu yang telah meninggalkanku ...

    Sungguh hatiku begitu terluka olehmu, tapi aku tidak bisa membencimu. Tidak! tidak akan pernah membencimu.
Meski kau telah hancurkan segalanya, hatiku tetap memaafkanmu.
Bahkan rasa cinta itu masih ada untukmu

Cinta ...

Aku terluka, begitu terluka. Tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku, bahwa aku masih mencintaimu ...

Cinta ...

Mungkin saat ini, kau tidak akan peduli dengan semua perkataanku. Tapi kelak, kau pasti akan tau seperti apa kepedihan yang kurasakan saat ini.

Cinta ...

Mungkin saat ini, kau merasa lebih bahagia dengan kekasih barumu itu. Tapi kelak, kau pasti akan bisa merasakan, mana yang lebih membuatmu bahagia dan nyaman.

Cinta ...

Mungkin saat ini, kau sedang terbelenggu dengan kisah cinta barumu. Hingga seolah, cinta kita dulu sudah tak berarti. Tapi aku yakin, kelak kau akan sadar, siapa yang benar-benar tulus mencintaimu. Aku yang telah kau tinggalkan untuknya, atau dia yang telah merebutmu dariku.


****************

     Ku datangi rumahnya, dan ku titipkan suratku kepada ayahnya. Mungkin saat itu akan menjadi saat terakhir ku menemui orang yang sudah ku anggap seperti ayahku sendiri.
Saat itu mungkin akan menjadi saat terakhir, aku mendatangi rumahnya. Rumah yang pernah menjadi saksi bisu indahnya cinta kami. Begitu banyak cerita yang kami lalui di rumah itu. Berat rasanya melangkah pergi. Tapi apa yang bisa ku lakukan, jika aku semakin lama disitu, dan mungkin bisa jadi aku akan bertemu dengannya. Aku takut dia akan semakin membenci dan menjauhiku.
 
     Mulai dari hari itu, ku kuatkan niatku untuk melupakannya, dan merelakannya pergi. Jujur, hatiku tak sanggup melakukannya. Aku seolah belum bisa menerima semua kenyataan yang ada. Mungkin jika mau, aku bisa saja merebut cintanya kembali. Aku tau dia, aku tau semua tentangnya, bahkan cara untuk meluluhkan hatinya lagipun aku tau. Tapi aku tidak mau melakukannya. Jika ku lakukan, justru akan membuatku semakin berdosa, karena pasti akan melukai hati kekasih barunya itu.
 Apa bedanya aku dengan wanita itu? sama-sama merebut kebahagiaan orang lain?
Tidak, aku tidak akan menghancurkan diriku dengan merusak kebahagiaannya. Meski sesungguhnya, mereka seolah berbahagia diatas segala penderitaanku.

    Perlahan aku mulai membenahi hidupku yang sempat berantakan karenanya. Sulit rasanya memulai semua dari awal, namun aku tidak mungkin terus-terusan meratapi kehidupanku dengan kesedihan ini. Meski dia yang sangat ku cintai dengan seluruh jiwaku telah meninggalkanku, aku masih memiliki banyak orang yang selalu setia menemaniku. Keluarga dan sahabatku selalu setia menyemangatiku. Dan mereka tidak pernah lelah untuk menghiburku dari segala kesedihan yang kini kurasakan. Merekapun selalu siap sedia mendengarkan segala curahan hatiku. Betapa beruntungnya aku memiliki orang-orang seperti mereka.
     Dan selain itu, akupun masih memiliki Tuhan yang selalu setia menyayangiku, meski aku selalu mengabaikannya dulu. Kini akupun selalu berusaha untuk semakin dekat dengan-Nya. Karena hanya Dialah penyemangat hari-hariku, Dialah yang selalu setia memberikanku kekuatan untuk tetap melewati semua masalahku.
Aku tau bahwa semua ini adalah ujian dari-Nya. Mungkin dia memberikanku kepedihan seperti ini, agar aku bisa menjadi wanita yang jauh lebih kuat dari wanita lain.


*************


Untukmu, wanita yang kini telah menjadi pilihan hatinya ...

     Aku memang tidak mengenalmu, aku tidak tau seperti apa kau. Hingga kau sampai hati merebut kebahagiaan wanita lain. Tapi tidak apa, ini bukan salahmu. Ini adalah takdir Tuhan untuk menyatukanmu denganya, orang yang sangat aku cintai.
Entahlah apa yang kau lakukan kepadanya, hingga dia bisa melepaskan cinta lamanya demi bisa bersamamu. Tapi tidak apa, jangan salahkan dirimu. Mungkin memang kau jauh lebih pantas dengannya, dibandingkan aku.

     Aku tau, kisah kalian masih sangat baru. Kelak, akan ada banyak cobaan yang akan datang dalam kisah kalian. Ku mohon padamu, jangan pernah lelah untuk mencintainya. Jangan pernah berhenti untuk menyemangati hidupnya. Dan jangan pernah sedikitpun melukai hatinya. Kau tau, aku menyerahkan seluruh jiwaku untuk kebahagiaanya. Aku mengorbankan segalanya demi menjaga cintanya. Jadi tolong, jangan pernah lukai hatinya.
Meski teman-temanku bilang, kalau kau adalah wanita jahat yang telah merebut kebahagiaanku. Aku tidak sama sekali membencimu. Aku memang sempat kecewa dengan segalanya, namun kini aku sudah ikhlas memaafkannya.
Ku mohon padamu, bahagiakanlah belahan jiwaku itu.
Jangan pernah khianati cintanya yang tulus kepadamu, karena dulu, akupun tidak pernah mengkhianati cintanya. Meski akhirnya dia yang mengkhianatiku.
Apapun yang akan kalian lalui, tetaplah setia mencintainya.

    Jangan pernah takut akan masa lalunya denganku. Aku hanyalah orang yang ada dimasa lalunya. Dan kini, kau adalah masa depannya. Jadi jangan pernah khawatirkan keberadaanku. Karena aku tidak akan mengganggu kebahagiaan orang lain.


 ************

Cinta ...

Aku tau, suatu hari nanti kita pasti akan bertemu kembali.
Entah beberapa tahun lagi mungkin.
Dan ketika saat itu datang, ku harap kau sudah menjadi orang yang sangat bahagia.

Aku tidak akan pernah berhenti mendoakan yang terbaik untukmu dan keluargamu.
Namamu akan selalu ada di dalam doa-doaku.

Cinta ...

Terima kasih atas segala kebahagiaan yang telah kau berikan padaku. Kelak Tuhan pasti akan membalas semua kebaikan dan ketulusanmu.

Meski kelak aku sudah memiliki penggantimu, akan selalu ku sediakan tempat di hatiku untukmu. Tempat yang berisi tentang segala kisah cinta kita dulu.
Aku memang hanyalah masa lalu bagimu. Tapi apapun itu, kau akan selalu menjadi kenangan terindah di dalam hidupku ...

Selamat tinggal, 4 Novemberku ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar